gerakan anti kemapanan!
gerakan anti kemapanan!
‘Gerakan anti kemapanan’ dalam hal ini bukanlah berarti gerakan anti kemapanan secara finansial. Tidak dilarang, untuk mapan secara finansial, untuk menjadi kaya, untuk berkecukupan secara materi. Kenyataannya, dengan materi dan finansial yang berkecukupan, lebih dari apa yang kita butuhkan, maka akan semakin banyak orang yang dapat kita bantu (dalam hal materi). Tentu saja hal ini hanya terjadi jika kita bisa lolos dari cobaan/godaan materi tadi, tidak menjadikan harta, uang, atau materi apapun itu sebagai ‘tuhan’.
Yang saya maksudkan dari gerakan anti kemapanan adalah gerakan untuk tidak terjebak dalam sebuah kondisi ‘mapan’, sebuah zona aman dimana kita telah merasa ‘cukup’.
Merasa telah cukup berpengetahuan, cukup untuk mengetahui segalanya, cukup untuk merasa paling pandai,cukup untuk merasa paling benar, yang akhirnya akan membuat kita enggan untuk belajar lagi, katak dalam tempurung!
Sungguh betapa besar makna dari perkataan baginda Rasulullah, untuk terus belajar setiap saat, belajar mulai dari ayunan hingga liat lahat, belajar dari siapapun dan kapanpun,dimanapun (dalam perkataan Rasulullah hingga ke negeri cina sekalipun).
Musuh terbesarnya adalah diri kita, ego kita. Seiring dengan semakin bertambahnya usia, semakin tingginya pendidikan, semakin tingginya derajat sosial, semakin banyak prestasi yang diperoleh, semakin banyak pengalaman yang didapat, semakin besar pula ego kita untuk merasa paling benar, terjebak dalam kondisi ‘mapan’.
Lantas apa cara kita untuk melawan kondisi ‘mapan’ ini?
Ini adalah sebuah perjuangan tanpa akhir (ingat, sampai akhir hayat), dan cara yang ditempuh tiap orang tidaklah sama. Yang jelas, jangan pernah untuk merasa pandai, tapi teruslah untuk menjadi orang ‘bodoh’!!
Yang saya maksudkan dari gerakan anti kemapanan adalah gerakan untuk tidak terjebak dalam sebuah kondisi ‘mapan’, sebuah zona aman dimana kita telah merasa ‘cukup’.
Merasa telah cukup berpengetahuan, cukup untuk mengetahui segalanya, cukup untuk merasa paling pandai,cukup untuk merasa paling benar, yang akhirnya akan membuat kita enggan untuk belajar lagi, katak dalam tempurung!
Sungguh betapa besar makna dari perkataan baginda Rasulullah, untuk terus belajar setiap saat, belajar mulai dari ayunan hingga liat lahat, belajar dari siapapun dan kapanpun,dimanapun (dalam perkataan Rasulullah hingga ke negeri cina sekalipun).
Musuh terbesarnya adalah diri kita, ego kita. Seiring dengan semakin bertambahnya usia, semakin tingginya pendidikan, semakin tingginya derajat sosial, semakin banyak prestasi yang diperoleh, semakin banyak pengalaman yang didapat, semakin besar pula ego kita untuk merasa paling benar, terjebak dalam kondisi ‘mapan’.
Lantas apa cara kita untuk melawan kondisi ‘mapan’ ini?
Ini adalah sebuah perjuangan tanpa akhir (ingat, sampai akhir hayat), dan cara yang ditempuh tiap orang tidaklah sama. Yang jelas, jangan pernah untuk merasa pandai, tapi teruslah untuk menjadi orang ‘bodoh’!!
Komentar
Posting Komentar