Sahabatku,,

Sahabatku,
 
Melihat
kamu akhir-akhir ini, aku jadi mengerti kalo kamu sedang menghadapi masalah.
Sebuah, atau beberapa, masalah yang merubah sikapmu belakangan ini. Kamu mulai
bertingkah ‘lucu’. Hahakz, sebuah kata sopan untuk mengganti kata ‘aneh’. Tapi
yah, begitulah, kita memang kadang bersikap aneh ketika menghadapi hal-hal yang
tidak kita mengerti. Orang-orang memang tak pernah mau memahami sikap kita.

Aku
pernah merasakan hal yang sama. Aku pernah sampai pada titik terendah dalam
hidupku. Titik dimana aku ingin sekali berhenti untuk hidup. Titik dimana aku
merasa hidupku ini sama sekali tidak berarti apa-apa, dan satu-satunya cara
untuk membuat hidup ini berarti adalah dengan cara ‘menghentikannya’. Memang,
ketika beban ini bertambah berat, jarang sekali ada orang yang mau datang dan
bilang, "Aku pahami kamu, dan mau berbagi semua yang kau rasa".
Jujur, kita punya banyak sekali teman, tapi hanya sedikit yang bisa seperti
itu.

Kadang-kadang
kita bertanya, apa maksud Tuhan dengan semua ini?. Apa maksud Tuhan dengan memberikan
semua kesedihan ini, di saat begitu banyak orang di sekeliling kita yang bisa
tertawa bahagia. Apakah Tuhan adalah sebuah Zat 'sado masochis' yang yang suka
melihat hamba-hambanya menderita?. Ataukah Tuhan adalah sebuah Zat yang
memiliki selera humor kelewat tinggi sehingga hamba-hambanya tak pernah
mengerti lagi?. Dulu, aku pernah sampai pada kesimpulan bahwa ‘Tuhan adalah
Zat yang mengacuhkanmu ketika kamu benar-benar menginginkan sesuatu’.
Ketika kita menginginkan kekasih yang mencintai, maka Tuhan memberikan
pengkhianatan. Ketika kita menginginkan ketulusan hati seseorang, maka Tuhan
memberikan dusta.

Kita,
yang sedang beranjak menuju masa depan, selalu dipenuhi pertanyaan-pertanyaan.
Kita butuh jawaban, mengapa begitu banyak hal buruk dalam hidup ini. Mengapa
hidup kita tidak bisa sebahagia orang lain? Mengapa kita tak pernah bisa
tertawa seperti mereka menertawakan kita?.

Sahabatku,
hidup ini bukanlah untuk mencari jawaban-jawaban. Karena jawaban-jawaban hanya
tertulis di langit. Hidup ini hanyalah untuk terus dan terus mengajukan
pertanyaan. Dan pertanyaan ini tak hanya akan berhenti saat kita mati. Mungkin
kamu bosan untuk ‘bertanya’. Tapi dengan bertanyalah kita mulai mengerti makna
hidup yang sebenarnya.

Seperti
yang sudah ku bilang, aku pernah terjatuh dalam jurang paling dalam di
hidupku. Saat itu semua bagaikan membenciku. Tak ketemukan satupun
senyum tulus yang bisa menyinari hati. Yang ketemukan hanyalah wajah-wajah yang
menertawai kepedihanku. Dan ketika semua beban
ini terasa begitu berat untuk kupikul, aku mulai berprasangka buruk pada Tuhan.
Aku mulai berprasangka buruk pada bumi, pada semesta, dan seluruh isinya. Saat
itu aku menghabiskan waktuku untuk mencaci maki semua yang ada di sekelilingku.
Semakin ingin ku lihat, angin kehidupan ini bertiup semakin kencang, menjadi
badai, dan meluluhlantakkan seluruh hidupku. Aku tak perduli. Aku kehilangan
akal sehat. Ketika masalah datang melukaiku, yang kulakukan adalah semakin
melukai diriku sendiri. Aku menjadi dungu, karena batin sudah tak mampu lagi
memahami makna-makna.

Suatu
pagi, aku bangun dan menonton televisi. Begitu banyak hal buruk yang terjadi.
Perang, pembunuhan, tipu daya, konspirasi, bencana, dll. Suatu pemahaman timbul
di hatiku. Bahwa aku sungguh beruntung tidak mengalami hal-hal tersebut. Aku
sungguh beruntung bisa menikmati makanan, ketika di belahan bumi yang lain
orang harus saling bunuh untuk bisa makan. Aku beruntung bisa menikmati udara,
ketika banyak orang sakit membayar jutaan rupiah untuk membeli tabung oksigen.
Aku beruntung menikmati hawa sejuk kota ini, ketika di tempat lain banyak orang
yang terbakar hawa gurun pasir. Aku beruntung masih bisa menikmati air jernih,
ketika di desa lain orang harus berjalan kaki berkilo-kilo untuk bisa menikmati
setetes embun.

Dari
semua kenikmatan-kenikmatan ini, aku sadar bahwa aku tak perlu lagi mencari
cinta sejati. Cinta sejati berada tepat di depanku. Cinta sejati ada pada sinar
matahari, cinta sejati ada pada tetesan hujan, cinta sejati ada pada cahaya
bintang dan rembulan, cinta sejati ada pada awan putih dan kelabu, cinta sejati
ada pada langit jingga, cinta sejati ada pada bau tanah ketika hujan turun,
cinta sejati ada pada setiap molekul-molekul pembentuk kehidupan.

Setiap
aku menolehkan kepala, aku menemukan cinta dimana-mana. lalu mengapa bersedih
hati saat kita kehilangan cinta, atau tak mampu meraih cinta?. Aku sadar bahwa
cinta yang aku harapkan adalah semu. Kebahagiaan tidak berada pada cinta.
Kebahagian berada pada keikhlasan kita untuk mencintai tanpa menuntut balasan.
Matahari bersinar cerah tanpa menuntut apa-apa dari yang disinarinya. Air
mengalir dari perut bumi tanpa meminta apa-apa dari orang yang meminumnya.
Burung-burung bernyanyi menghibur semesta tanpa menuntut apa-apa. Seluruh alam
ini adalah cinta sejati.

Maka,
janganlah kau patah karena cinta yang kau harapkan tak dapat kau miliki. Karena
sebenarnya seluruh yang ada di semesta ini telah memberimu cinta sejati. Cinta
yang tak pernah kau perhatikan, cinta yang tak pernah kau ucapi ‘terima kasih’,
cinta yang tak pernah kau anggap ada. Sesuatu yang kadang kita sebut cinta,
mungkin hanyalah sebuah keinginan sesaat untuk memiliki. Jika cinta seperti itu
yang kau inginkan, maka kau tak akan pernah bahagia. mencintailah tanpa menuntut
untuk dicintai, niscaya kan kau temukan bahwa seluruh isi semesta mencintaimu.

Ikhlas.
Itulah kata yang tepat untuk menjalani hidup dan mimpi-mimpi. Tanamkanlah
keikhlasan sejak awal kau buka mata dari tidurmu besok pagi. Ikhlas lah dalam
apa pun yang kau lakukan. Maka kau tak akan pernah tersakiti atau menyakiti.
Jika kau mencinta seseorang, maka teruslah mencintainya tanpa berharap ia akan
balas mencintaimu. Karena jika kau menginginkan cintanya, maka engkau
sebenarnya tidak mencintainya, tapi mencintai dirimu sendiri. Karena mencintai
tak akan pernah melukaimu. Harapan untuk dicintailah yang melukaimu. maka
ikhlaslah saat kau mencintai. ikhlas lah saat kau memberi. Ikhlaslah saat kau
bekerja. Ihlaslah saat kau makan dan minum. Ikhlaslah saat kau melakukan
apapun. Lakukanlah sesuatu dengan tulus tanpa pernah ingin mendapat balasan.
Tanpa pernah ingin mendapatkan apa-apa. itulah cinta sebenar-benar cinta.

Aku tau
memang berat pada awalnya. Susah sekali untuk terus memberi tanpa pernah
menerima. Namun teruslah mencoba. Kau akan menemukan bahwa kebahagiaan sejati
terletak pada kemampuan kita untuk terus memberikan sesuatu pada orang lain.
‘Mendapatkan sesuatu’ memang spesial, tapi ‘memberikan sesuatu’ jauh lebih
spesial lagi. Hidup ini bukan tentang diri sendiri. Hidup ini adalah tentang
apa yang bisa kita berikan pada orang lain. Hal seperti inilah yang membuat
kita mampu menjalin cinta dengan seluruh isi semesta. Ingatlah untuk tidak
mengikatkan batinmu pada sesuatu, pada
seseorang, pada harta yang paling kau sayangi, pada cinta, pada apapun. ketika
engkau menggenggam sebuah batu, maka yang engkau miliki hanya batu itu. Tapi
jika engkau membuka tanganmu, maka seluruh dunia berada di dalam tanganmu. Holding
nothing, illuminate everything. Indah bukan?

Engkau
tentu tau apa yang sedang terjadi padaku. Engkau tentu tau tentang semua
masalah-masalahku karena kadang-kadang aku pun bercerita tentang semuanya.
Semua beban itu terangkat ketika aku menyadari bahwa, alangkah bodohnya aku
mengikat diri pada sesuatu. Lepaskan semua keinginan untuk memiliki, maka
engkau akan menemukan kebahagian sejati. Berhentilah untuk terus berusaha
memiliki kekasih yang mencintaimu, rumah yang indah, kendaraan mewah, karir
cemerlang, bahkan berhentilah untuk bermimpi. Jalanilah hidup dengan berusaha
untuk terus memberikan yang terbaik yang kau miliki. Seluruh dunia akan
mencintaimu.

Selama
kita hidup, akan selalu ada jurang untuk dilewati. Pandanglah jurang itu
sebagai tempat membersihkan hati, menajamkan pikiran, membaca makna-makna,
meluruskan niat, membeningkan batin, dan melembutkan ucapan. Jurang itu bukan
perangkap yang akan menaklukkanmu, tetapi adalah tempat untuk mengingatkanmu
bahwa hidup adalah perjuangan. Hidup adalah perlawanan, hidup adalah keberanian
untuk berkata kebenaran adalah kebenaran, dan dusta adalah dusta. Engkau tentu
ingat betapa aku selalu berusaha untuk selalu hidup dalam kebenaran.
Jurang-jurang kehidupanlah yang akan membantu kita menemukan kebenaran di balik
semua kebusukan dunia ini. Jurang-jurang ini tak akan pernah ada habisnya
sampai kematian menyapa kita, karena kebenaran pun tak akan pernah habis dan
selesai untuk digapai. Manusia akan sampai pada akhir pencariannya begitu
tubuhnya dibenamkan dalam kubur. Maka jangan pernah berhenti untuk menggapai
kebenaran. Kebenaran berada pada makna-makna. Ia tak pernah terlihat jelas. Ia
selalu berupa bayang-bayang. Tapi bayang-bayang itulah yang akan menuntun
hidupmu, jika engkau mencoba untuk mengerti. Jadilah seorang pemberani yang
menaklukan gunung-gunung kehidupan, dan jurang-jurang kepedihan. Itulah makna
dari hidup. Itulah makna dari cinta.

Aku
menulis surat ini dari atas tempat tidurku. Tempat berbaring yang menjadi saksi
atas semua kelemahanku sebagai manusia. Penyakitku semakin bertambah parah, kau
tau bukan?. Aku selalu gemetaran ketika menggenggam sesuatu. Aku bahkan sering
menjatuhkan barang-barang yang kupegang. Aku bahkan mulai tak mampu menggerakan
tangan dan kakiku. Penyakit ini bertambah parah, dan mungkin tak lama lagi aku
akan ‘usai’. Tapi cintaku pada semesta ini tidak membuatku sedih untuk
melepaskan semua yang ‘kumiliki’. Hahakz... Aku bahkan tak memiliki apa-apa.
Hidup ini, nafas ini, tubuh ini, jiwa ini, semua bukan milikku. Namun walaupun
tidak memilikinya, aku merasa bahagia mampu melakukan yang terbaik untuk
menghargai semua yang dipinjamkan Tuhan untukku. Nafas, tubuh, jiwa, dan segala
yang pernah kumiliki akan diambil Tuhan sebentar lagi.

Saat
sang maut tiba, aku tau bahwa aku akan benar-benar sendirian menghadapinya. Doakan
aku untuk bisa menyambutnya dengan seyuman yang tulus dan ikhlas. Jika kematian
menjemputku nanti, aku ingin menyambutnya dengan bahagia. Bahwa aku telah
melakukan yang terbaik yang pernah aku bisa yaitu, memberikan cintaku kepada seluruh
semesta ini.

Kita akan
bertemu lagi dalam cinta sejati.
Teruslah mencintai.

From my
death bed,

(* catatan harian seorang normadman)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer